Selasa, 14 Desember 2010

Berdoalah Sebanyak-banyaknya


zwani.com myspace graphic comments

Islam Graphic Comments

Berdoa adalah lambang rasa rendah diri dan ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah yang dapat menumbuhkan perasaan ubudiyah (penghambaan) kepada Allah Swt.
Rasulullah Saw menjelaskan masalah ini dalam sebuah hadits: “Tidaklah di atas bumi ini seorang muslim berdoa kepada Allah, kecuali Allah akan memberinya tiga hal:

(1) Allah akan memberinya sesuai dengan yang ia minta; (2) atau Allah akan menghindarkannya dari kejahatan yang setara dengan doanya, selama tidak berdoa dengan suatu dosa atau memutus tali silaturahmi. Seseorang bertanya, ‘kalau kita perbanyak doa’? Rasul menjawab: ‘Allah lebih banyak lagi’ (3) Dalam riwayat lain, Allah akan menyimpan untuknya pahala sesuai dengan doanya” (HR At-Turmudzi, Hasan Shahih).
Mungkin kita punya keinginan untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an tetapi berulangkali gagal dalam melakukannya, bahkan sekedar khatam sebulan sekali pun susah. Bila demikian keadaannya, artinya iman kita berada pada kondisi prihatin karena hari-hari kita sebulan penuh sangat minim diwarnai oleh Al-Qur’an.
Dalam kondisi itu, kalau kita sedih artinya insya Allah dapat memperbaiki diri, tetapi bila masa bodoh/mencari pembenaran artinya kita harus banyak belajar lagi tentang hakikat keimanan kepada Al-Qur’an. Sepantasnya kita khawatir kalau sampai umur kita habis tetapi belum tertarik untuk hidup ‘di bawah naungan’ Al-Qur’an.
Alangkah indahnya bila kita rajin berdoa, bukan cuma untuk urusan dunia, seperti harta dan yang lainnya melainkan seperti ini: “Ya Allah tolonglah aku agar dapat rajin membaca kitab suci-Mu, memahaminya, mentadabburinya dan mengamalkannya. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah Engkau Maha Tahu apa yang ada di dalam diriku, yaitu suatu keinginan yang sangat kuat untuk hidup bersama kitab suci-Mu. Ya Allah Engkau yang memiliki kitab suci ini, Engkau Maha Kuasa untuk memberikan kepada siapa yang Engkau kehendaki kemampuan untuk hidup bersama kitab suci-Mu.”
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  1. Meyakini bahwa doa kita pasti akan dikabulkan oleh Allah Swt, tidak tergesa-gesa meminta agar dikabulkan segera. Konsentrasikan pikiran kita kepada aktifitas berdoanya, bukan kepada dampak dan hasil dari doanya agar kita tidak diliputi oleh perasaan bahwa doa kita lama sekali terkabulnya.
  2. Mencari waktu yang dijanjikan bahwa doa akan lebih cepat dikabulkan, seperti saat selesai shalat wajib, antara adzan dan qamat, sepertiga akhir malam, saat wukuf di Arafah, sujud, dll.
  3. Melakukan berbagai macam tawassul berupa amal shalih yang mendahului doa untuk membangun kedekatan dengan Allah Swt terlebih dahulu agar pada saat berdoa hubungan kita menjadi istimewa. Bentuknya dapat berupa istighfar, bershalawat kepada Rasulullah Saw, shaum, khatam Qur’an dsb.
  4. Berdoa dengan ilhah (terus menerus dan ngotot). Kalau dalam urusan duniawi kita sudah terbiasa melakukannya, bisakah pula kita melakukannya dalam urusan akhirat?
  5. Ikuti semua aturan dan adab berdoa, mulai dengan memuji Allah Swt sebanyak-banyaknya, bershalawat kepada Rasulullah Saw, menghadap kiblat, dsb.
Berdoalah kepada Allah Swt sebanyak-banyaknya dengan khusyu, tawadlu dan penuh harap.

KISAH NABI AYUB



Nabi Ayub as
menggambarkan sosok manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayub. Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya Nabi Ayub. Jadi, Nabi Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah SWT telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali kepada Allah SWT. Nabi Ayub adalah seseorang yang selalu kembali kepada Allah SWT dengan zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan beliau memperoleh keselamatan dan rahasia pujian Allah SWT padanya.
Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: "Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya." Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: "Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.
Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya." Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: "Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta."
Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis: "Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan."
Akhirnya, setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: "Oh musibah dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.
Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jika Ayub tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang lebih mudah." Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu."
Iblis kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub. Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.
Salah seorang setan berkata: "Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau maksud adalah Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia pergi ke Ayub dan berkata padanya: "Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan kemuliaanmu dahulu?"
Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi Ayub menjawab: "Sungguh engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan anak yang telah mati?" Perempuan itu berkata: "Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?" Nabi Ayub berkata: "Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?" Istrinya menjawab: "Delapan tahun." Ayub berkata: "Berapa lama kita mendapat penderitaan?" Istrinya menjawab: "Tujuh tahun." Ayub berkata: "Aku malu jika aku meminta agar Allah SWT melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau dariku."
Akhirnya, isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya. Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan Nabi Ayub dan kesabarannya.
Menurut hemat kami riwayat ini palsu karena ia sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayub. Begitu juga kami tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian. Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah disampaikan oleh Al-Qur'an berkenaan dengan cerita Nabi Ayub. Al-Qur'an adalah kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84)
Kita telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Sakit yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya beliau berkata: "Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah." Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya.
Istri Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: "Dari mana engkau mendapati uang?" Nabi Ayub telah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)
Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayub, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan."? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang karena pengaruh setan.
Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah SWT memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayub tidak menjadi fakir.
Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau telah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

Iblis Membangkang


blis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?


"Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."

Nabi Adam as

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya,bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.


Kekhawatiran Para Malaikat.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s।w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu.

"Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku।Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.


Ilmu Pendidikan Islam


1. Pengertian Pendidikan Islam
a. Definisi Pendidikan Menurut para Ahli diantaranya adalah :
Menurut Juhn Dewex, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dia hidup ( A. Yunus, 1999 : 7 )
Menurut Frederick J. MC. Donald, Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabi’at (behaviour). Manusia yang dimaksud dalam behaviour adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ( A. Yunus, 1999 : 7 – 8 )

b. Definisi Pendidikan menurut Islam
Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori-teori tentang pendidikan. Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori (Nur Uhbiyati, 1998).
Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyah, namun terdapat istilah lain seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murobbu, yarabby dan rabbaniy. Sedangkan dalam hadis hanya ditemukan kata rabbany. Menurut Abdul Mujib masing-masing tersebut sebenarnya memiliki kesamaan makna, walaupun dalam konteks tertentu memiliki perbedaan.
Istilah lain dari pendidikan adalah ta’lim merupakan masdar dari kata a’ilama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya :
”Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (QS. Al Baqarah ayat 31)

2. Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah, yang dimaksudkan menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
”Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepadfa Allah. Seperti dalam surat Ad Dzariyat ayat 56 :
Artinya :
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Menurut al-Attas (1979: 1) menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Ini terlalu umum, Marimba (1964 : 39) berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam ialah berbentuk orang yang berkepribadian muslim. Ini pun terlalu umum Al Abrasyi (1974 : 15) menghendaki tujuan akhir pendidikan islam ialah manusia yang berakhlak mulia. Ini juga amat umum, menurut Mursy (1977 : 18) menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan menurut Islam ialah manusia sempurna ini pun terlalu umum, sulit dioperasikan, maksudnya. Sulit dioperasikan dalam tindakan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan]secara nyata.
Dalam perumusan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertical maupun horizontal.
2. Sifat-sifat dasar manusia.
3. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.

Dalam aspek ini,ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;

1. Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dibumi.
2. Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
3. Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.

Faktor – faktor pendidikan :

Menurut Imam Sutari bahwa perbuatan mendidik dan didik memuat faktor – faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, beberapa diantara nya adalah :

1. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai
2. Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik yang melakukan pendidikan)
3. Hidup bersama dalam lingkungan tertentu
4. Yang memungkinkan alat – alat tertentu untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

Dari beberapa perbedaan di atas bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Tujuan umum pendidikan Islam ialah muslim yang sempurna, atau manusia yang takwa, atau manusia beriman, atau manusia yang beribadah kepada Allah
Muslim yang sempurna itu manusia yang memiliki 9 ciri sebagai berikut jasmani yang sehat serta kuat cirinya adalah :
1) sehat
2) kuat
3) berketrampilan
Kecerdasan dan kepandaian cirinya ialah :
Mampu menyelesaikan masalah secara cepat tepat;
Mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis
Memiliki dan mengembangkan sains
Memiliki dan mengembangkan filsafat
Hati yang bertaqwa kepada Allah berciri :
Dengan sukarela melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya
Hati yang berkemampuan berhubungan dengan alam ghaib.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Karena didalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun segi-segi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan islam adalah sebagai berikut :
Perbuatan mendidik itu sendiri
Maksudnya adalah seluruh kegiatan, tidnakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi / mengasuh anak didik.
Anak didik (murid); yaitu merupakan obyek terpenting dalam pendidikan Islam
Dasar dan tujuan pendidikan Islam; yaitu landasan yang menjadikan fundamen dan sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam yang dilakukan
Pendidikan; yaitu obyek yang melakukan pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam; yaitu bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama
Metode pendidikan Islam; yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan islam kepada anak didik
Evaluasi pendidikan; yaitu menurut cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik
Alat-alat pendidikan Islam; yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil
Lingkungan sekitar atau milieu pendidikan Islam; yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam

4. Tugas dan fungsi Pendidikan Islam

Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu di emban oleh Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan hingga akhir hayat.

Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Secara structural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik dalam dimensi vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang.

Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :

1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial,serata ide-ide masyarakat dan nasional.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosialekonomi yang demikian dinamis.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MASYARAKAT PLURALISTIK

Masyarakat majemuk memang rawan konflik. Konflik dalam masyarakat majemuk dapat berlangsung terus menerus disetiap tempat dan waktu. Konflik bersumber pada perbedaan-perbedaan, dan setiap perbedaan pasti mempertahankan eksistensinya. Apabila setiap pihak ingin memepertahankan eksistensi, berarti ikut memperjuangkan kepentingan agar tetap eksis dan diakui keberadaannya, hal inilah yang sangat menimbulkan problem-problem.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia juga rawan konflik. Tentu saja kondisi seperti itu tidak dibiarkan berjalan terus. Sesungguhnya konflik tidak dapat dihilangkan sama sekali karena usur perbedaan diantara manusia juga tidak bisa dihilangkan.

Oleh karena itu salah satu diantara cara untuk mengatasi atau sekurang-kurangnya mengurangkan bahaya yang ditimbulkan dari padanya adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dianggap memiliki berbagai macam peranan yang handal yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi pengaruh negatif dari kemajemukan bangsa ini. Karena itulah tulisan ini mengungkapkan peranan-peranan pendidikan agama Islam untuk menetralisir dampak negatif dari kemajemukan di Indonesia.

Dari penjelasan diatas diantara alasan-alasan penyebab manusia memerlukan pendidikan yaitu:

1) Dalam tatanan kehidupan masyarakat, ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua kepada generasi muda, dengan tujuan agar nilai hidup masyarakat tetap berlanjut dan terpelihara.

2) Dalam kehidupan manusia sebagai individu, memiliki kecendrungan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya seoptimal mungkin.

3) Konvergensi dari kedua tuntutan diatas yang mengaplikasikanya adalah lewat pendidikan.

4) Sekolah adalah agen sosialisasi yang utama. Di sekolah ditanamkan nilai, norma serta harapan-harapan dari masyarakat terhadap seseorang. Disekolah siswa belajar kontrol diri .

5) Sekolah adalah tempat dimana orang mempelajari prinsip-prinsip, yang akan mendasari perilakunya sebagai warga masyarakat.

Masalah-masalah yang dimaksud disini adalah sifat-sifat atau sikap-sikap yang berkembang dalam kelompok; sikap-sikap itu sering mempengaruhi interaksi antar kelompok dalam masyarakat majemuk. Sikap-sikap itu adalah :

a) Sikap solidaritas buta, yaitu sikap yang muncul karena keakraban dalam kelompok cukup kuat, selain itu kelompok sangat berarti bagi individu untuk menemukan rasa aman dari segala aspek hidupnya. Karena itu individu senantiasa berusaha membela kelompoknya dengan cara apapun.

b) Sikap ethnosentrisme yaitu sikap yang selalu mengutamakan kelompok sendiri. Kelompok sendiri selalu lebih baik dari kelompok yang lain. Akibat dari sikap ini timbul sikap-sikap seperti kecurigaan, kurang bergaul dengan kelompok lain dan merendahkan orang kelompok lain.

c) Sikap partikularis. Sikap ini membuat orang selalumemperhatikan serta mengutamakanorang-orang yangmempunyai hubungan partikular atau hubungan khusus dengannya.

d) Sikap eksklusif, yaitu satu sikap yang memisahkan diri orang lain atau dari kelompok-kelompok lain.

e) Adanya kelompk mayritas yang mendominasi serta melakukan deskriminasi terhadap kelompok minoritas.

Tujuan pendidikan agama Islam. Secara sedaerhana, tujuan mengandung pengertian arah atau maksud yang hendak dicapai lewat upaya atau aktifitas. Dengan adanya tujuan, semua aktifitas dan gerak manusia menjadi terarah dan bermakna. Dengan demikian, seluruh karya dan juga karsa manusia terutama Islam harus memiliki orientasi tertentu.

Secara umum tujuan pendidikan agamapun harus memiliki tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pendidikan Islamitu adalah dengan mengacu pada QS. 51: 56, yaitu menjadikan manusia sebagai insan pengabdi kepada khliknya guna mampu membangun dunia dan membangun alam semesta sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah.

Dari sini terlihat bahwa tujuan pendidikan Islam lebih tasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus di internalisasikan kedalam diri inividu anak didik lewat proses pendidikan. Dengan penanaman nilai ini, diharapkan pendidikan Islam mampu mengantarkan, membimbing dan mengantarkan anak didik untuk melaksanakan fungsinya sebagai abd dan khalifah.

Peran pendidikan agama Islam dalam masyarakat pluralistik

  1. metode pendidikan dalam rangka pendidikan agama Islam, sangat banyak terpengaruh oleh prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi. Islam telah menyerukan adanya prinsip persamaan dan kesempatan yang sama dalam belajar; sehingga terbukalah jalan yang mudah untuk belajar bagi semua orang tanpa perbedaan antara sikaya dan simiskin, tinggi atau rendahnya kedudukan sosial. Oleh karena itu didalam Islam tidak ada orang Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa.

Kesimpulanya, didalam pendidikan Islam terwujud prinsip-prinsip demokrasi, kebebasan, persamaan dan kesmpatan yang sama buat belajar.

  1. seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa banyak masalah yang ditimbulkan oleh adanya kesetiakawanan yang bersifat buta antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Peran pendidikan agama Islam disini yaitu mengembangkan sikap-sikap komunikasi dan silaturrahmi, dengan kesediaan diri untuk mau mengerti dan mau belajar dengan ppihak lain.
  2. sikap ethnosentris sering melahirkan sikap-sikap seperti prasangka, curiga, stereotip dan sebagainya antara kelompok dalam masyarakat pluralistik. Menghadapi sikap-sikap seperti itu, peran pendidikan agama Islam adalah mengembangkan didikan sikap saling memahami, saling mengenal, mengerti dan komunikasi oleh karena itu didalam Al-Qur’an perbuatan merendahkan antara yang satu dengan yang lain dilarang seperti yang dinyatakan dalam QS. 49: 11

Didalam pendidikan Islam juga tidak luput dari anjuran musyawarah, saling mendengar pendapat masing-masing dan mengambil mana yang paling baik seperti dalam Al-Qur’an 39: 18 sehingga dengan perbuatan seperti itu membuat orang saling mengaenal, mengerti dan saling menghargai.

  1. interaksi dalam masyarakat majemuk sering diwarnai oleh pola yang partikularis. Orang-orang cenderung memperhatikan orang-orang yang mempunyai hubungan khusus dengannya. Pilihan-pilihan partner interaksi adalah orang-orang yang sedaerah, sekelas, seorganisasi dan sebagainya. Disini peran PAI diharapkan mengembangkan sikap universal. Para siswa dibiasakan bergaul dengan siapa saja diluar dari kelompok partikularnya.
  2. pengajaran PAI hendaknya dapat mempersatukan dan memperkuat kebudayaan bangsa, menumbuhkan semangat kebangsaan yang sehat, kuat dan pelajarannya bersumber pada agama, adat istiadat kesusilaan dan sebagainya. Pengajaran yang bersumber pada agama Islam hendaknya digunakan untuk mengisi adab kesusilaan, dengan harapan nantinya anak-anak dapat terbangun rasa penghargaan, cinta dan keinsyafan terhadap semua agama, terutama agama Islam.
  3. peran utama PAI adalah pembentukan moral yang tinggi dengan penuh perhatian berusaha menanamkan akhlak yang mulia, meresapkan keutamaan-keutamaan dalam jiwa para siswa, membiasakan mereka berpegang pada moral yang tinggi dan menghindarkan hal-hal yang tercela , berfikir secara rohaniah dan insaniah. Serta menggunakan waktu buat belajar ilmu-ilmu duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan.

Meneladani Perjuangan Nabi Muhammad


Siraman Rohani Islam :

Hari Senin (9/3) bertepatan dengan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasulnya, Maulid Nabi Muhammad SAW sangat perlu untuk diperingati, guna mengingat kembali perjuangan beliau dan para sahabat yang sangat luar biasa dalam menegakkan agama Islam.

Banyak aspek dan penjabaran dari prinsip rahmatan lil alamin yang dapat diteladani serta dipraktikkan oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari। Salah satunya tercantum pada ayat 29 QS: Al Fath. “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya, keras terhadap kaum kafir, tetapi berkasih saying sesama mereka, mereka ruku’ dan sujud, mencari karunia Allah dan keridlaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereta dari bekas sujud’.

Pada ayat ini ada lima poin penting yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni :

1. Ketegasan terhadap kaum kafir, yaiitu orang atau sekelompok orang yang menuebarkan kebencian kepada kaum beriman, dalam bentuk lahiriah, seperti mengganggu, menghlangi, dan memerangi langkah-langkah umat Islam. Selama 10 tahun periode dakwah di Madinah, Nabi Muhammad harus berperang sebanyak 27 kali karena diganggu secara lahriah. Secara batiiah gangguan juga muncul dalam bentuk pemikiran dan kebudayaan yang menjauhkan umat Islam dari ajaran Allah.

2. Saling mengasihi dengan sesame Muslim. Menjalin kerjasama erat, membina kekohan ukhuwah, ibarat satu tubuh yang harsmonis, seia sekata dalam suka dan derita dana tolong menolong di dalam kebajikan dan ketakwaan.

3. Ruku dan Sujud. Tunduk dan patuh melalui kepemimpinan yang jujur dalam membimbing umat, keluarga, dan dalam menjalankan roda kehidupan sehari-hari. Ruku dan sujud bukan hanya saat salat, tetapi tercermin pada kegiatan social.

4. mencari karunia Alah dan keridlaan-Nya dalam setiap gerak dan lagkah, dalam berpikir, dan bertindak. Semua gerak dan langkah tidak terlepas dari hokum Allah serta petunjuk Rasulullah. Aturan yang sekiranya menjauhkan dari keridlaan Allah sedapat mungkin disingkirkan.

5. Menampakkan tanda-tanda sujud. Bukan hanya garis atau bulatan hitam di dahi, melainkan langkah dan perbuatan benar-benar menunjukkan wujud kepatuhan dan ketundukan kepada Allah SWT.

Momentum peringatan Maulid Nabi sekaligus bisa digunakan untuk melakukan interospeksi diri, apakah lima point keteladanan Nabi Muhammad sduah dilaksanakan atau belum. Sudahkah kita tegas terhadap siapa saja yang menghalangi pelaksanaan hokum Islam sbagai rahmatan lil alamin? Ikut terjun melawan hawa nafsu atau malah sebaliknya kita mudah terbujuk oleh ajakan untuk menolak ajaran Allah?

Selain itu, apakah kita juga mampu mempertahankan ukhuwah Islamiyah, atau malah sebaliknya suka memusuhi sesama umat Islam, dengan berbagai alasan? Jangan sampaoi kita malah lebih banyak bergaul dengan musuh-musuh Islam? Mengecam keunggulan dan kejayaan umat Islam agar runtuh dan hancur, seringkali tidak sengaja dilakukan.. Hal ini harus menjadi introspeksi pada hari Maulid Nabi Muhammad SAW.

Tentu saja pertanyaan jug diarahkan kepada kita, apakah sudah ruku dan sujud dengan aturan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sejauh mana kepatuhan kita terhadap aturan Allah. Jangan-jangan kita malah lebih patuh pada aturan kelompok, negara atau para pejabat yang belum tentu sejalan dengan aturan Allah.

Sudahkah kita mampu menunjukkan tanda-tanda sujud kita di dalam kehidupan sehari-hari. Salat mencegah kerusakan dan kemungkaran akhlak dan akidah. Atau malah kita terjerembab ke dalam kubangan kemaksatan, walaupun salat kita dilakukan dengan baik, dan ditunjukkan dengan bercak hitan di dahi. Demikian pula apakah puasa yang kita lakukan juga memberikan pengaruh pada kemurahan dan kedermawanan? Atau malah hanya membawa kita kepada ujub, riya, dan takabur? Demikian pula ibadah haji yang dilakukan, sudahkah mengubah perilaku sehari-hari dan membawa pada ketreguhan tauhid Islam?

Beberapa hal di atas sudah sepantasnya menjadi bahan renungan pada Maulid Nabi Muhammad. Jangan hanya melakukan upacara tanpa makna, sehingga apa yang dilakukan hanya sebatas fisik, tanpa membawa perubahan dalam pola piker dan bertindak. Mari kita lakukan introspeksi dan meneguhkan semangat untuk memperbaiki keimanan dan ketakwaan kita kepada ajaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. info lanjut

HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA


A. Pengertian Agama
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965).
Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi.
Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.

B. Konsepsi Agama
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman :
يايها الدين امنواادخلوا فى السلم كافة ولاتتبعوا خطوت الشيطن انه لكم عد ومبين
Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh, keseluruhan (jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-masalah komplek (mengurus Negara). Beliu telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan kapanpun beliu adalah orang yang paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah mahdlah (habluminallah) dan ghair mahdlah (hablumminanas).
Meskipun beliau sudah mendapat jaminan maghfiroh (ampunan dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau semakin meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud, zdikir, dan beristigfar. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia beliu menampilkan sosok pribadi yang sangat agung dan mulia.
Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Diantara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap dan prilakunya yang tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai islam sebagai agama yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kejadian atau peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui media masa mengenai contoh-contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam mempedomani islam sebagai agamanya.

C. Hubungan Agama Dan Manusia
Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai keimanannya.
Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :
1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film yang berbau porno.
2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.
3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.
4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.
Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri.
Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi). Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.

D. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial
Rosulullah SAW bersabda : “Innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq” Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat.
Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut.
Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab maraknya akhlak yang buruk.

METODOLOGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas, 2002 : 741 ) , berarti “ ilmu tetang metode; uraian tentang metode”. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama ( 2002 : 740) , berarti : ”Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.
Sedangkan metode mengajar, Zuhairini dkk. ( 1981 : 68 ) memberikan definisi sebagai berikut: ”Metode mengajar adalah :
o merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan.
o merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
o merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan”.

Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini dkk. (1981 : 69) merumuskan pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam seperti berikut ini : “... segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah”.

Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk pembelajaran shalat, misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya jawab , latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan ibadah kepada-Nya. Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru.